Selasa, 31 Desember 2024

Foto yang diubah menjadi lukisan (2)

Sebelum ini kita melihat usaha di Belanda untuk mengumpulkan subjek dari beberapa gambar dan foto tentang masyarakat Nusantara ke dalam sebuah lukisan baru dan mewarnainya atau mewarnainya ulang. Sebuah proses lain juga terjadi di penghujung abad ke-19: Foto hitam putih diubah menjadi lukisan tangan. Ini tentu saja membutuhkan keterampilan khusus dan kepiawaian dalam menggambar. Blog ini akan memperlihatkan beberapa hasil dari proses menarik ini.
Tiga putri dari Sultan Hamengkubuwono VI, digambar ulang dari foto jepretan Isidore van Kinsbergen (lihat posting ini, dan ini)
(klik untuk memperbesar | © Indies Gallery)
Mangkunegoro IV
(klik untuk memperbesar | © Indies Gallery)

Tahun terbit: 1883
Tempat terbit: Belanda
Tokoh:
Deskripsi:
Juru gambar:
Sumber / Hak cipta: Indies Gallery
Catatan:

Senin, 30 Desember 2024

Timor setelah Jepang kalah perang dan Belanda bersama Sekutu kembali datang, 1945 (3)

Warga Kupang bersama beberapa aparat NICA dari kalangan lokal
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Rombongan warga mendatangi seorang Belanda dengan seragam militer
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Warga sekitar Kefamenanu, Timor Tengah Utara, berdiri mengerubungi seorang pastor Belanda bernama C. Martens yang duduk di meja
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Warga Timor bersama seorang aparat NICA bernama Snelleman
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Warga Timor bersama seorang kolonel NICA bernama C.C. de Rooy
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Edisi lain dari foto nomor 2 di atas
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)

Edisi lain dari foto nomor 3 di atas
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)

Waktu: sekitar September 1945
Tempat: Timor
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Minggu, 29 Desember 2024

Foto yang diubah menjadi lukisan (1)

Sebelum ini kita melihat usaha di Belanda untuk mengumpulkan subjek dari beberapa gambar dan foto tentang masyarakat Nusantara ke dalam sebuah lukisan baru dan mewarnainya atau mewarnainya ulang. Sebuah proses lain juga terjadi di penghujung abad ke-19: Foto hitam putih diubah menjadi lukisan tangan. Ini tentu saja membutuhkan keterampilan khusus dan kepiawaian dalam menggambar. Blog ini akan memperlihatkan beberapa hasil dari proses menarik ini.
Pakubuwono IX dan salah satu istrinya
(klik untuk memperbesar | © Indies Gallery)
Lukisan yang berasal dari foto jepretan Isidore van Kinsbergen (lihat posting ini)
(klik untuk memperbesar | © Indies Gallery)
Permaisuri Kesultanan Yogyakarta bersama putrinya
(klik untuk memperbesar | © Indies Gallery)

Tahun terbit: 1880 (gambar pertama), 1883 (gambar lainnya)
Tempat terbit: Belanda
Tokoh:
Deskripsi:
Juru gambar:
Sumber / Hak cipta: Indies Gallery
Catatan:

Sabtu, 28 Desember 2024

Timor setelah Jepang kalah perang dan Belanda bersama Sekutu kembali datang, 1945 (2)

Kapal militer Australia HMAS Warrnambool di perairan Dilli; 2 tahun kemudian kapal ini tenggelam setelah menabrak ranjau laut
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Orang-orangan sawah di sebuah ladang
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Pemandangan ke arah sebuah teluk di Timor
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Catatan foto menyebutkan bahwa ini adalah warga-warga Timor yang berpose di depan markas NICA ini sebelumnya pernah bergerilya melawan Jepang
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Para guru dan tenaga pengajar yang dikerahkan NICA untuk membuka kembali sekolah
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)

Waktu: sekitar September 1945
Tempat: Timor
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Jumat, 27 Desember 2024

Peta kuno tentang Nusantara dari tahun 1630 dengan pembaruan dari hasil perjalanan kapal "Duyfken"

(klik untuk memperbesar | © Indies Gallery)


Tahun terbit: 1630
Tempat terbit: Amsterdam
Tokoh:
Deskripsi:

Ini merupakan edisi lain dari peta yang pernah dimuat di posting ini sebelumnya.

Duyfken adalah nama sebuah kapal layar Belanda dari awal abad ke-17 yang tidak berukuran besar, tidak bersenjata berat, serta hanya aktif selama sekitar tujuh tahun sebelum dipensiunkan, tetapi memiliki perjalanan sejarah yang lumayan. Kapal ini terlibat dalam pertempuran laut Banten di tahun 1601/1602 ketika Belanda dan Portugis berebut monopoli jalur perdagangan rempah-rempah di Nusantara. Kapal ini terlibat dalam pengokohan kekuasaan Belanda di Sunda Kelapa, sebelum berlayar ke Ternate untuk kemudian kembali ke Belanda dengan membawa rempah-rempah. Di tahun 1605 kapal ini terlibat dalam pertempuran yang mendepak Portugis dari Ambon. Tiga tahun kemudian kapal ini dikerahkan untuk mengusir perahu-perahu dari Tiongkok yang mencoba masuk ke perairan Maluku. Di tahun yang sama "Duyfken" harus ikut bertempur melawan armada Spanyol dalam memperebutkan Pulau Makian. Jejak peristiwa yang banyak ini membuat kapal ini harus pensiun di tahun 1608.

Kapal ini juga pernah ditugaskan VOC untuk menyusuri wilayah timur dan selatan Nusantara yang belum dikenal bangsa Eropa. Dan "Duyfken" mencatat sejarah sebagai kapal pertama yang bukan hanya mendarat di Australia tetapi juga mendokumentasikannya. Peta di atas merupakan peta tentang Hindia Timur yang sudah diperbarui dengan catatan-catatan dari perjalanan kapal ini. Salah satu pulau/kepulauan di selatan Papua dicantuman sebagai Duyfkens Eylant (Pulau Duyfken).

Juru kartografi: Jan Jansson
Sumber / Hak cipta: Indies Gallery
Catatan:

Kamis, 26 Desember 2024

Timor setelah Jepang kalah perang dan Belanda bersama Sekutu kembali datang, 1945 (1)

Seorang tentara Belanda bersama warga lokal yang menjadi aparat keamanan NICA menangkap seorang tentara Jepang yang tampaknya sebelumnya bersembunyi di sebuah bunker
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Warga Kupang bergembira menyambut kedatangan pasukan Sekutu dengan latar belakang sisa bangunan yang rusak akibat peperangan
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Edisi lain dari foto pertama
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Tiga warga lokal yang menjadi tentara NICA
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Salah satu sudut kota Kupang dengan beberapa kerusakan akibat pertempuran
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Salah satu sisi pantai Kupang di mana banyak bangunan sudah kehilangan atap akibat perang
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)

Waktu: sekitar September 1945
Tempat: Timor (a.l. Kupang)
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Rabu, 25 Desember 2024

Kompilasi berwarna dari berbagai gambar dan foto yang digabungkan (3)

Di penghujung abad ke-19 ada usaha dari pihak-pihak Belanda dan pihak lain untuk memperkenalkan wajah Hindia-Belanda dengan cara yang diharapkan menarik minat banyak khalayak: Dari sekian banyak foto hitam putih, yang sebagiannya sudah pernah dimunculkan di blog ini, pihak-pihak ini mengumpulkannya, menggambar ulang dengan tangan, mewarnainya, dan menggabungkannya dengan bahan dari foto lain. Hasilnya adalah semacam kompilasi yang akan dimunculkan di seri ini.
Pengadilan desa di Jawa, pewarnaan dari foto yang pernah dimuat di posting ini
(klik untuk memperbesar | © Indies Gallery)
Wajah-wajah kaum pria di Nusantara: 1. pemuka warga Sumatera bagian utara, 2. pria Aceh, 3. warga Padang, 4. warga Minangkabau, 5. tetua warga Pasemah, 6. pria Nias dalam pakaian perang, 7. kuli angkut di kalangan warga Dayak, 8. pemuka warga Timor, 9. pria Arafura dalam pakaian perang, 10. lelaki Bali, 11. pria Papua
(klik untuk memperbesar | © Indies Gallery)
Wajah-wajah kaum wanita di Nusantara: 1. pengantin Jawa, 2. perempuan Jawa, 3. wanita Pasundan, 4. perempuan Madura, 5. warga Payakumbuh, 6. warga Minangkabau dari kawasan Gunung Merapi, 7. perempuan Payakumbuh, 8. wanita Singgalang, 9. pemuka warga Nias, 10. budak dari Batak, 11. anak perempuan dari seorang raja Batak, 12. wanita Bali, 13. perempuan Dayak
(klik untuk memperbesar | © Indies Gallery)

Tahun terbit: akhir abad ke-19
Tempat terbit: Belanda
Tokoh:
Deskripsi:
Juru gambar:
Sumber / Hak cipta: Indies Gallery
Catatan:

Selasa, 24 Desember 2024

Ambon setelah Jepang kalah perang dan Belanda kembali datang, 1945 (8)

Antrian warga Ambon untuk mendapatkan makanan yang dibagikan NICA
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Pasokan bahan makanan untuk warga Ambon, sebagian ditempatkan di bawah terik matahari …
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
… sebagian lain masih dalam proses pembongkaran
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Tentara-tentara Jepang yang dipekerjakan Sekutu sebagai tenaga bongkar muat barang dari laut ke pantai
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Pimpinan NICA di Ambon (Numans?)
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Kantor pemerintahan NICA di Ambon
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)

Waktu: November 1945
Tempat: Ambon
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Senin, 23 Desember 2024

Kompilasi berwarna dari berbagai gambar dan foto yang digabungkan (2)

Di penghujung abad ke-19 ada usaha dari pihak-pihak Belanda dan pihak lain untuk memperkenalkan wajah Hindia-Belanda dengan cara yang diharapkan menarik minat banyak khalayak: Dari sekian banyak foto hitam putih, yang sebagiannya sudah pernah dimunculkan di blog ini, pihak-pihak ini mengumpulkannya, menggambar ulang dengan tangan, mewarnainya, dan menggabungkannya dengan bahan dari foto lain. Hasilnya adalah semacam kompilasi yang akan dimunculkan di seri ini.
Empat penari Bedhaya dengan iringan gamelan
(klik untuk memperbesar | © Indies Gallery)
Sebuah gambar yang diberi judul "ras Melayu" dengan menampilkan dua lelaki Dayak, seorang ulama, dan sepasang orang Jawa [serta seorang petani duduk di belakang], yang merupaka kompilasi dari a.l. lukisan yang pernah dimuat di sini, sini, dan sini.
(klik untuk memperbesar | © Indies Gallery)
Edisi lain dari gambar pertama
(klik untuk memperbesar | © Indies Gallery)

Tahun terbit: akhir abad ke-19
Tempat terbit: Belanda
Tokoh:
Deskripsi:
Juru gambar:
Sumber / Hak cipta: Indies Gallery
Catatan:

Minggu, 22 Desember 2024

Ambon setelah Jepang kalah perang dan Belanda kembali datang, 1945 (7)

Warga Ambon berkumpul di depan gedung yang digunakan untuk mengadili pihak militer Jepang yang didakwa dengan tuduhan kejahatan perang
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Pegawai laboratorium rumah sakit, kemungkinan mentes darah atas penyakit malaria
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Dipan-dipan yang ditempatkan di luar ruangan rumah sakit
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Pelayanan kesehatan massal di rumah sakit NICA
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Sebuah dapur umum yang dikelola NICA untuk menyediakan makanan bagi masyarakat …
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
… yang menunggu di luar dapur umum untuk mendapatkan makanan yang dibagikan melalui lubang di tembok
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)

Waktu: November 1945
Tempat: Ambon
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Sabtu, 21 Desember 2024

Kompilasi berwarna dari berbagai gambar dan foto yang digabungkan (1)

Di penghujung abad ke-19 ada usaha dari pihak-pihak Belanda dan pihak lain untuk memperkenalkan wajah Hindia-Belanda dengan cara yang diharapkan menarik minat banyak khalayak: Dari sekian banyak foto hitam putih dan gambar berwarna, yang sebagiannya sudah pernah dimunculkan di blog ini, pihak-pihak ini mengumpulkannya, menggambar ulang dengan tangan, mewarnainya, dan menggabungkannya dengan bahan dari foto lain. Hasilnya adalah semacam kompilasi yang akan dimunculkan di seri ini.
Sebuah grup ronggeng.
Kompilasi dari dua gambar lain yang pernah dimuat di sini dan sini.
(klik untuk memperbesar | © Indies Gallery)
Kaum pria di Jawa: 1. bupati, 2. priyayi, 3. orang Sunda, 4. kuli Sunda, 5. pemuka warga Madura, 6.  petani, 7. ulama, 8. abdi dalem
(klik untuk memperbesar | © Indies Gallery)
Edisi lain dari gambar di atas.
Ini merupakan kompilasi a.l. dari gambar yang pernah dimuat di sini, sini, dan sini.
(klik untuk memperbesar | © Indies Gallery)
Edisi lain dari gambar pertama
(klik untuk memperbesar | © Indies Gallery)

Tahun terbit: akhir abad ke-19
Tempat terbit: Belanda
Tokoh:
Deskripsi:
Juru gambar:
Sumber / Hak cipta: Indies Gallery
Catatan:

Jumat, 20 Desember 2024

Ambon setelah Jepang kalah perang dan Belanda kembali datang, 1945 (6)

Empat anak kecil di rumah sakit yang dikelola NICA di Ambon
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Anak-anak lain yang mendapat perawatan kesehatan di ruangan luar
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Warga Ambon yang mendatangi rumah sakit NICA
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Tim dokter dan perawat di rumah sakit NICA (?)
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Masyarakat yang memenuhi teras rumah sakit
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Masyarakat Hitulama bersama seorang aparat NICA
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)

Waktu: November 1945
Tempat: Ambon
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan: