Rabu, 06 November 2024

Van Mook di Jakarta, Agustus/September 1946

25 Agustus 1946: Van Mook (bertolak pinggang) bersama Jenderal Mansergh (tengah) menyambut kedatangan diplomat Inggris Lord Killearn yang akan menjadi salah satu penengah dalam perundingan Linggajati
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
25 Agustus 1946: Van Mook berbincang bersama Lord Killearn dengan disaksikan Jenderal Mansergh, kemungkinan di landasan Kemayoran
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
September 1946: Van Mook duduk di samping mantan PM Belanda Willem Schermerhorn yang sedang berbicara, kemungkinan di sebuah acara terkait perundingan Linggajati. Di depan tampak sebuah papan nama dari kertas bertuliskan "Mr. Soetan Sjahrir". Kelak 20 tahun kemudian ketika Soetan Sjahrir wafat di luar negeri setelah "diasingkan" oleh Soekarno, Schermerhorn menjadi salah satu pelayat yang memberikan hormat kepada jenazah Sjahrir ketika disemayamkan di Belanda.
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)


Waktu: Agustus/September 1946
Tempat: Jakarta
Tokoh: 

Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan: Edisi lain dari foto pertama pernah dimuat di posting ini.

Selasa, 05 November 2024

Nusantara di tengah dunia menurut peta kuno karya Gerardus Mercator dari tahun 1596

(klik untuk memperbesar | © Indies Gallery)

Tahun terbit: antara 1596 dan 1610
Tempat terbit: Kekaisaran Romawi Suci
Tokoh:
Deskripsi: Peta ini sangat tua dan berasal dari juru kartografi ternama, Mercator. Meskipun judulnya "Asia", dan memang fokus atas Asia, peta ini sejatinya menampilkan semua benua: Eropa di kiri atas, Afrika di kiri bawah, Australia di kanan bawah, dan Amerika di kanan atas. Mercator malah menambahkan kutub utara di tengah atas. Peta ini menampilkan apa yang diyakini bangsa Eropa tentang Nusantara saat itu, a.l. bahwa Jawa adalah pulau yang dominan, termasuk dalam hal ukuran. Sumatera sudah lumayan tergambarkan, sementara pulau-pulau lain tampak berserakan dengan bentuk yang masih jauh dari realitas. Pengecualian adalah Halmahera ("Gilolo" = Jailolo) yang wilayah dan pulau-pulau sekitarnya menjadi incaran bangsa-bangsa Eropa terkait rempah-rempah: Bentuk Halmahera sudah dikenal dengan lumayan bagus.
Juru kartografi: Gerardus Mercator
Sumber / Hak cipta: Indies Gallery
Catatan:

Senin, 04 November 2024

Kedatangan kembali Van Mook ke Jakarta setelah konsultasi di Belanda dan Inggris mengenai nasib Indonesia, 8 Mei 1946

Van Mook turun dari pesawat yang membawanya ke Kemayoran
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Van Mook disalami oleh Mr. Blom yang menyambutnya bersama Jenderal Spoor (kanan)
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Jenderal Mansergh (kiri) dan Komodor Udara Cecil Alfred Stevens (kanan) dari militer Inggris menyambut Van Mook di landasan
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Van Mook (paling kiri) berbincang bersama para petinggi sipil Belanda: Count van Bijlandt, Mr. Blom, dan Baron van Asbeck
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)

Waktu: 8 Mei 1946
Tempat: bandara Kemayoran, Jakarta
Tokoh: Peristiwa: Aspirasi kemerdekaan rakyat Indonesia beserta adu diplomasi dan pertikaian bersenjata yang menyertainya, yang juga melibatkan militer Inggris, membuat Van Mook harus terbang ke Belanda dan Inggris untuk berkonsultasi. Kedatangannya kembali ke Jakarta setelah konsultasi di Eropa disambut oleh para petinggi Belanda dan perwira tinggi militer Inggris yang saat itu masih ditugaskan Sekutu untuk memegang kendali keamanan di Jawa.
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Minggu, 03 November 2024

Peta dari tahun 1600 yang merupakah salah satu yang pertama secara khusus menampilkan Sumatera

(klik untuk memperbesar | © Indies Gallery)

Tahun terbit: sekitar 1600
Tempat terbit: Amsterdam
Tokoh:
Deskripsi: Peta kuno yang khusus menampilkan Sumatera ini lumayan unik: Garis khatulistiwa digambarkan vertikal di tengah peta, membuat utara mengarah ke kanan, dan barat ke atas. Pengaruh Portugis sangat kental di peta keluaran Belanda ini, terlihat dari nama-nama tempat yang mengikuti cara penulisan juru kartografi Portugis, seperti "PalimbaĆ£" untuk Palembang, dan "Nuntaon" untuk Mentawai. Pulau Bintan dan Lingga sudah terdeteksi, tetapi Bangka dan Belitung masih belum tercantum. Minangkabau dan Inderapura masih ditempatkan di selatan sangat dekat dengan Selat Sunda. Sementara Selat Sunda sendiri keliru diberi nama dengan "Sunda calappa" (Sunda Kelapa). Terlepas dari kekeliruan-kekeliruan ini, peta ini merupakan dokumen sejarah yang penting tentang pemetaan Pulau Sumatera.
Juru kartografi: Bertius
Sumber / Hak cipta: Indies Gallery
Catatan:

Sabtu, 02 November 2024

Van Mook berkantor di Istana Gubernur Jenderal yang kelak menjadi Istana Merdeka, 1945 (2)

(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)

Waktu: 15 Oktober 1945
Tempat: Jakarta
Tokoh: Hubertus Johannes van Mook (Letnan Gubernur Jenderal Hindia-Belanda)
Peristiwa: Van Mook menggelar konferensi pers yang dihadiri para wartawan dari negeri-negeri yang menjadi anggota Sekutu.
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan: Edisi lain dari foto pertama pernah dimuat di posting ini, yang menyebut tanggal kejadian sebagai 17, bukan 15, Oktober 1945.

Jumat, 01 November 2024

Peta kuno dari tahun 1750: Nusantara bagian barat (edisi tak berwarna)

(klik untuk memperbesar | © Indies Gallery)

Tahun terbit: 1750
Tempat terbit: Amsterdam
Tokoh:
Deskripsi: Ini merupakan versi tak-berwarna dari peta yang dimuat di posting ini sebelumnya. Peta keluaran Perancis ini tidak mengikuti tradisi orang Belanda, Italia, dan Portugis yang sempat menyebut wilayah barat Nusantara sebagai "Kepulauan Sunda Besar", tetapi langsung menyebut nama-nama pulau utamanya di judul peta yaitu Jawa, Kalimantan (Borneo), dan Sumatera. Peta ini, seperti yang sebelumnya, memang cukup senang menggambar lekukan-lekukan di pulau sehingga membuat proporsi teluk-teluk menjadi lebih besar daripada aslinya. Penamaan tempat-tempat tampak dibatasi ke yan dianggap penting saja, sehingga area pulau tidak dipenuhi oleh tulisan. Yang perlu dicatat adalah bahwa peta ini menyebut Flores sebagai "Pulau Ende", mengikuti salah satu nama tempat di selatan pulau ini. Ini menambah bahan deretan nama untuk pulau ini di samping "Pulau Ular" dan "Pulau Batuliar".
Juru kartografi: Jacques Nicolas Bellin
Sumber / Hak cipta: Indies Gallery
Catatan: