Kamis, 31 Mei 2018

Para pejuang TNI memasuki Solo (1)

PENGANTAR
Di tahun 1949, terutama menjelang akhir tahun di mana Belanda mengakui kedaulatan Indonesia, di berbagai pelosok terjadi peristiwa yang sama: Militer Belanda menarik diri dari wilayah yang didudukinya, dan para pejuang kemerdekaan "turun gunung" mengambil alih daerah yang selama ini dikuasai Belanda. Beberapa foto dari berbagai daerah akan diperlihatkan di seri berikut ini.

(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Waktu: 12 November 1949
Tempat: Solo
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer: Th. van de Burgt
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan:

Rabu, 30 Mei 2018

Wanita Belanda naik delman zaman dulu

Jakarta, 1920-an
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Jakarta, 1920-an
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Jawa, 1926
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Garut, sekitar 1930
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)

Waktu: 1920-an, 1926, 1930
Tempat: Garut, Jakarta, Jawa
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Universiteit Leiden
Catatan:


UPDATE 11 Januari 2019:
Parakan (Bandung?), 1929
(klik untuk memperbesar | © spaarnestad)

Selasa, 29 Mei 2018

Para pejuang TNI memasuki Klaten, 1949

PENGANTAR
Di tahun 1949, terutama menjelang akhir tahun di mana Belanda mengakui kedaulatan Indonesia, di berbagai pelosok terjadi peristiwa yang sama: Militer Belanda menarik diri dari wilayah yang didudukinya, dan para pejuang kemerdekaan "turun gunung" mengambil alih daerah yang selama ini dikuasai Belanda. Beberapa foto dari berbagai daerah akan diperlihatkan di seri berikut ini.

(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Waktu: 12 November 1949
Tempat: pabrik gula Gondang Winangun, Klaten
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer: Th. van de Burgt
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan:

Senin, 28 Mei 2018

Kartu pos bergambar pemikul rumput dari tahun 1910-an

(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)

Waktu: sekitar 1910
Tempat: Bogor, Jawa Barat
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Universiteit Leiden
Catatan:

Minggu, 27 Mei 2018

Para pejuang TNI memasuki Ponorogo, 1949 (3)

PENGANTAR
Di tahun 1949, terutama menjelang akhir tahun di mana Belanda mengakui kedaulatan Indonesia, di berbagai pelosok terjadi peristiwa yang sama: Militer Belanda menarik diri dari wilayah yang didudukinya, dan para pejuang kemerdekaan "turun gunung" mengambil alih daerah yang selama ini dikuasai Belanda. Beberapa foto dari berbagai daerah akan diperlihatkan di seri berikut ini.

(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Waktu: 23 Oktober 1949
Tempat: Ponorogo
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer: Koonings
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan:

Sabtu, 26 Mei 2018

Perempuan Belanda dan kebaya (3): Jet van der Meer

PENGANTAR

Sebelum ini sudah ada posting yang menunjukkan bagaimana wanita Belanda/bule mengenakan kebaya (di sini dan di sini). Hal yang selintas seperti biasa ini bisa menjadi menarik ketika kita bertanya: "Mana lelaki Belanda mengenakan pakaian daerah Indonesia?" Ketika kita melihat-lihat foto zaman dulu, para lelaki Belanda hampir semuanya berpakaian "a la kolonial" atau pakaian yang mereka juga lazim kenakan di negeri asalnya.

Apakah ini menunjukkan bahwa kaum perempuan lebih terbuka untuk menerima budaya lain, meskipun itu berasal dari masyarakat yang ‒saat itu‒ dianggap lebih inferior? Sementara kaum lelaki gengsinya lebih tinggi dan merasa turun martabat jika harus mengenakan sarung?

Bandung
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Bandung
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Cianjur
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Sindanglaya, Cianjur
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Cianjur
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Cianjur
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Waktu: 1921
Tempat: Bandung, Cianjur
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Universiteit Leiden
Catatan:

Jumat, 25 Mei 2018

Para pejuang TNI memasuki Ponorogo, 1949 (2)

PENGANTAR
Di tahun 1949, terutama menjelang akhir tahun di mana Belanda mengakui kedaulatan Indonesia, di berbagai pelosok terjadi peristiwa yang sama: Militer Belanda menarik diri dari wilayah yang didudukinya, dan para pejuang kemerdekaan "turun gunung" mengambil alih daerah yang selama ini dikuasai Belanda. Beberapa foto dari berbagai daerah akan diperlihatkan di seri berikut ini.

(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Waktu: 23 Oktober 1949
Tempat: Ponorogo
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer: Koonings
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan:

Kamis, 24 Mei 2018

Perempuan Belanda dan kebaya (2): Louise Maria Dorothea Charls-Ort

PENGANTAR

Sebelum ini sudah ada posting yang menunjukkan bagaimana wanita Belanda/bule mengenakan kebaya (di sini dan di sini). Hal yang selintas seperti biasa ini bisa menjadi menarik ketika kita bertanya: "Mana lelaki Belanda mengenakan pakaian daerah Indonesia?" Ketika kita melihat-lihat foto zaman dulu, para lelaki Belanda hampir semuanya berpakaian "a la kolonial" atau pakaian yang mereka juga lazim kenakan di negeri asalnya.

Apakah ini menunjukkan bahwa kaum perempuan lebih terbuka untuk menerima budaya lain, meskipun itu berasal dari masyarakat yang ‒saat itu‒ dianggap lebih inferior? Sementara kaum lelaki gengsinya lebih tinggi dan merasa turun martabat jika harus mengenakan sarung?

(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Waktu: 1921
Tempat: Bandung
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Universiteit Leiden
Catatan:

Rabu, 23 Mei 2018

Para pejuang TNI memasuki Ponorogo, 1949 (1)

PENGANTAR
Di tahun 1949, terutama menjelang akhir tahun di mana Belanda mengakui kedaulatan Indonesia, di berbagai pelosok terjadi peristiwa yang sama: Militer Belanda menarik diri dari wilayah yang didudukinya, dan para pejuang kemerdekaan "turun gunung" mengambil alih daerah yang selama ini dikuasai Belanda. Beberapa foto dari berbagai daerah akan diperlihatkan di seri berikut ini.

(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Waktu: 23 Oktober 1949
Tempat: Ponorogo
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer: Koonings
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan:

Selasa, 22 Mei 2018

Perempuan Belanda dan kebaya (1): Willy Charls

PENGANTAR

Sebelum ini sudah ada posting yang menunjukkan bagaimana wanita Belanda/bule mengenakan kebaya (di sini dan di sini). Hal yang selintas seperti biasa ini bisa menjadi menarik ketika kita bertanya: "Mana lelaki Belanda mengenakan pakaian daerah Indonesia?" Ketika kita melihat-lihat foto zaman dulu, para lelaki Belanda hampir semuanya berpakaian "a la kolonial" atau pakaian yang mereka juga lazim kenakan di negeri asalnya.

Apakah ini menunjukkan bahwa kaum perempuan lebih terbuka untuk menerima budaya lain, meskipun itu berasal dari masyarakat yang ‒saat itu‒ dianggap lebih inferior? Sementara kaum lelaki gengsinya lebih tinggi dan merasa turun martabat jika harus mengenakan sarung?

(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Waktu: 1921
Tempat: Bandung
Tokoh: Willy Charls
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Universiteit Leiden
Catatan:

Senin, 21 Mei 2018

Ferdinand Lumbantobing dan Alex Kawilarang di acara serah terima wilayah Sibolga dari Belanda ke Indonesia, 1949

D.i.k.ka.: Lumbantobing, Alex Kawilarang, Letkol Harvey (UNCI), Sersan Addison (UNCI)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
D.i.k.ka. hanya barisan depan: Alex Kawilarang, Lumbantobing, Letkol Harvey (UNCI), Sersan Addison (UNCI), Heckman (Belanda), Letkol de Vries (Belanda)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)

Waktu: 7 Desember 1949
Tempat: Sibolga
Tokoh: dr. Ferdinand Lumbantobing (Gubernur Militer wilayah Tapanuli dan Sumatera Timur Bagian Selatan, semasa PDRI), Letnan Kolonel Alexander Evert Kawilarang (Wakil Gubernur Militer)
Peristiwa: Serah terima wilayah Sibolga dari pihak Belanda ke pihak Indonesia dengan ditengahi oleh UNCI (United Nations Commission for Indonesia)
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan: