Selasa, 04 November 2025

Tayang ulang lukisan-lukisan karya Ernest Alfred Hardouin tentang aneka penampilan manusia di Jawa di abad ke-19 (7)

Ernest Alfred Hardouin aalah seorang pelukis yang lahir di Versailles, Perancis, pada tanggal 23 Januari 1820. Garis nasib membawanya ke Nusantara, di mana dia banyak mengabadikan wajah-wajah manusia di Jawa dalam bentuk lukisan. Hardouin wafat dalam usia relatif muda, yaitu 33 tahun, di kota tempat dia banyak mengeluarkan karyanya, yaitu di Jakarta pada tanggal 21 September 1953.

Blog ini pernah menampilkan rangkaian lukisan karya Hardouin ini, a.l. yang dimulai di posting ini. Warisan Hardouin ini turut berjasa untuk memperlihatkan bagaimana keadaan dan penampilan nenek moyang kita di sekitar 200 tahun lalu. Kali ini kita mencoba menayang ulang beberapa gambar yang sejatinya sudah pernah muncul, tetapi sekarang dari sumber lain dan dalam ukuran yang lebih besar. Kali ini kita coba juga untuk meminta bantuan AI untuk mereka-reka bagaimana penampilan sesungguhnya dari orang-orang yang digambar oleh Hardouin. Tentu saja, keluaran AI ini hanya merupakan pendekatan, bukan aslinya. Bahkan di beberapa detail, AI, karena keterbatasan di data latihannya harus menyerah dan menampilkan hal yang berbeda, atau malah mengambil kebebasan untuk menggambar menurut kemauan dia sendiri.


Ini adalah lukisan Hardouin tentang seorang penari perempuan di sebuah keraton Jawa. Hardouin cukup jeli untuk menampilkan banyak detail di pakaian si penari: mulai dari penutup kepala, anting-anting, ornamen di dada, hiasan di lengan atas, ikat pinggang, hingga ke motif kain batik yang dikenakan si penari.
(klik untuk memperbesar | @ Indies Gallery)
Cukup mengagetkan bahwa AI bisa mereka ulang detail yang dijabarkan Hardouin di lukisannya, mulai dari penutup kepala hingga ke kain batik, dan instruksi ke AI sepenuhnya tanpa prompt khusus, hanya permintaan membuat lukisan menjadi semacam foto realistis.
(klik untuk memperbesar)
Ini adalah penjual unggas hidup yang tampaknya menjajakan dagangannya di sebuah kawasan pecinan. Dia memikul seekor kalkun, paling tidak dua ayam kampung dan satu bebek. Si pria ini berpakaian seperti lelaki kelas bawah biasa pada zamannya: telanjang dada dan nyeker, tetapi bertutup kepala, bercelana dan bersarung.
(klik untuk memperbesar | @ Indies Gallery)
Rekaan AI cukup meyakinkan untuk menampilkan si penjual unggas. Si ayam kalkun bisa terdeteksi, begitu juga bilah bambu melengkung yang menjadi pikulan di pria. Hanya ayam yang di sebelah kiri tereduksi menjadi dua ekor dalam komposisi yang berbeda dari lukisan Hardouin.
(klik untuk memperbesar)

Tahun terbit: 1855
Tempat terbit: Paris
Tokoh:
Deskripsi:
Juru foto/gambar: Ernest Alfred Hardouin
Sumber / Hak cipta: Indies Gallery
Catatan:

Senin, 03 November 2025

Van Mook, Letnan Gubernur Jenderal Hindia-Belanda, dan para tamunya di tahun 1948 (5)

1 Januari 1948 di acara resepsi tahun baru yang diadakan Van Mook: Wakil Belgia di perundingan Renville, Paul van Zeeland, menyalami Amir Syarifuddin yang merupakan ketua delegasi Indonesia di perundingan yang sama
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Acara yang sama: Salah satu anggota delegasi Belanda di perundingan Renville, yang juga merupakan Menteri Keuangan Negara Indonesia Timur, J. Hamelink (menghadap kamera) berdiskusi sambil menikmati minuman
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Jakarta, November 1948: Frank Graham (Ketua Komisi Jasa-Jasa Baik PBB, tengah) dan Menteri Luar Negeri Belanda, Dirk Stikker (kanan), kemungkinan di acara perpisahan Van Mook sebagai Letnan Gubernur Jenderal Hindia-Belanda
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)

Waktu: 1948
Tempat: Jakarta
Tokoh:
  • Amir Syarifuddin Harahap (Perdana Menteri Indonesia, ketua delegasi Indonesia di perundingan Renville)
  • Frank Porter Graham (Ketua Komisi Jasa-Jasa Baik PBB)
  • Paul Guillaume Viscount van Zeeland (mantan PM Belgia yang menjadi salah satu anggota Komisi Jasa-jasa Baik PBB) 
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Minggu, 02 November 2025

Tayang ulang lukisan-lukisan karya Ernest Alfred Hardouin tentang aneka penampilan manusia di Jawa di abad ke-19 (6)

Ernest Alfred Hardouin aalah seorang pelukis yang lahir di Versailles, Perancis, pada tanggal 23 Januari 1820. Garis nasib membawanya ke Nusantara, di mana dia banyak mengabadikan wajah-wajah manusia di Jawa dalam bentuk lukisan. Hardouin wafat dalam usia relatif muda, yaitu 33 tahun, di kota tempat dia banyak mengeluarkan karyanya, yaitu di Jakarta pada tanggal 21 September 1953.

Blog ini pernah menampilkan rangkaian lukisan karya Hardouin ini, a.l. yang dimulai di posting ini. Warisan Hardouin ini turut berjasa untuk memperlihatkan bagaimana keadaan dan penampilan nenek moyang kita di sekitar 200 tahun lalu. Kali ini kita mencoba menayang ulang beberapa gambar yang sejatinya sudah pernah muncul, tetapi sekarang dari sumber lain dan dalam ukuran yang lebih besar. Kali ini kita coba juga untuk meminta bantuan AI untuk mereka-reka bagaimana penampilan sesungguhnya dari orang-orang yang digambar oleh Hardouin. Tentu saja, keluaran AI ini hanya merupakan pendekatan, bukan aslinya. Bahkan di beberapa detail, AI, karena keterbatasan di data latihannya harus menyerah dan menampilkan hal yang berbeda, atau malah mengambil kebebasan untuk menggambar menurut kemauan dia sendiri.


Kali ini Hardouin menampilkan pengantin Sunda, yang mengenakan pakaian dasar mirip pengantin Betawi sebelumnya, yaitu baju kurung merah dengan kain panjang berwarna ungu. Perbedaan terletak di hiasan kepala yang didominasi warna perak dengan motif seperti kuda. Kemudian tampaknya zaman dulu, pengantin perempuan Sunda mengenakan juga keris, serta membawa semacam pot bunga kecil dengan sebuah pohon di dalamnya. Sang pengantin juga tidak nyeker, tetapi memakain semacam terompah, yang juga memperlihatkan bahwa dia mengenakan celana panjang putih di balik kain ungunya.
(klik untuk memperbesar | @ Indies Gallery)
Rekaan AI kali ini cederung mengulang si lukisan, tidak membuatnya realistis.
(klik untuk memperbesar)
Hardouin tidak hanya menggambarkan manusia di Jawa, tetapi juga seorang wanita yang disebut berasal dari sekitar Palembang. Dia duduk di bebatuan di tepi sebuah telaga atau sungai besar. Pakaian wanita ini memang berbeda dari yang biasa ditampilkan Hardouin untuk wanita Jawa: kain motif tenun, bukan batik, serta sepasang baju bercorak sama yang diikat sambuk, bukan baju kurung dan kain.
(klik untuk memperbesar | @ Indies Gallery)
AI lumayan bagus dalam menampilkan corak pakaian wanita dari sekitar Palembang ini
(klik untuk memperbesar)

Tahun terbit: 1855
Tempat terbit: Paris
Tokoh:
Deskripsi:
Juru foto/gambar: Ernest Alfred Hardouin
Sumber / Hak cipta: Indies Gallery
Catatan:

Sabtu, 01 November 2025

Van Mook, Letnan Gubernur Jenderal Hindia-Belanda, dan para tamunya di tahun 1948 (4)

1 Januari 1948: Menteri Urusan Jajahan, Jan Jonkman, berbicara dengan beberapa perwakilan warga Indonesia (bagian timur?) di acara resepsi tahun baru yang diadakan Van Mook
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Dua tamu Van Mook pada saat resepsi tahun baru 1 Januari 1948
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
November 1948, di gedung yang kelak menjadi Istana Negara: Amir Syarifuddin, ketua delegasi Indonesia di perundingan Renville, berdiskusi dengan Frank Graham, perwakilan Amerika Serikat 
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
November 1948 di acara perpisahan Van Mook sebagai Letnan Gubernur-Jenderal (?): Haji Agus Salim berbicang dengan seorang Belanda yang sama-sama perokok
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)

Waktu: 1948
Tempat: Jakarta
Tokoh:
  • Amir Syarifuddin Harahap (Perdana Menteri Indonesia)
  • Frank Porter Graham (Ketua Komisi Jasa-jasa Baik PBB) 
  • Haji Agus Salim (Menteri Luar Negeri)
  • Jan Anne Jonkman (Menteri Urusan Jajahan) 
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Jumat, 31 Oktober 2025

Tayang ulang lukisan-lukisan karya Ernest Alfred Hardouin tentang aneka penampilan manusia di Jawa di abad ke-19 (5)

Ernest Alfred Hardouin aalah seorang pelukis yang lahir di Versailles, Perancis, pada tanggal 23 Januari 1820. Garis nasib membawanya ke Nusantara, di mana dia banyak mengabadikan wajah-wajah manusia di Jawa dalam bentuk lukisan. Hardouin wafat dalam usia relatif muda, yaitu 33 tahun, di kota tempat dia banyak mengeluarkan karyanya, yaitu di Jakarta pada tanggal 21 September 1953.

Blog ini pernah menampilkan rangkaian lukisan karya Hardouin ini, a.l. yang dimulai di posting ini. Warisan Hardouin ini turut berjasa untuk memperlihatkan bagaimana keadaan dan penampilan nenek moyang kita di sekitar 200 tahun lalu. Kali ini kita mencoba menayang ulang beberapa gambar yang sejatinya sudah pernah muncul, tetapi sekarang dari sumber lain dan dalam ukuran yang lebih besar. Kali ini kita coba juga untuk meminta bantuan AI untuk mereka-reka bagaimana penampilan sesungguhnya dari orang-orang yang digambar oleh Hardouin. Tentu saja, keluaran AI ini hanya merupakan pendekatan, bukan aslinya. Bahkan di beberapa detail, AI, karena keterbatasan di data latihannya harus menyerah dan menampilkan hal yang berbeda, atau malah mengambil kebebasan untuk menggambar menurut kemauan dia sendiri.


Seorang "nyai" menurut Hardouin, atau pengelola rumah tangga dari sebuah rumah besar, biasanya milik warga Belanda. Seorang "nyai" memiliki status yang lebih tinggi daripada warga biasa, meski kata ini juga bermakna gundik lokal yang mendampingi seorang pria Belanda. Lokasi gambar ini kemungkinan besar di Jakarta, terlihat dari kawasan pecinan di tepi sebuah kali. Nyai ini membawa payung kertas, yang menunjukkan statusnya yang lebih tinggi, serta sepatu. Pakainnya adalah baju kurung di atas sebuah sarung, dengan kain batik coklat yang menutupi pundaknya.
(klik untuk memperbesar | @ Indies Gallery)
Rekaan AI bisa menampilkan dengan jelas bagaimana penampilan seorang "nyai" di abad ke-19. AI juga menggambarkan jembatan dan perumahan di latar belakang dengan cukup jelas, meskipun di aslinya cukup kabur. Tapi dia keliru menampilkan kusir dan "kernet" kereta kuda, dia mana dua-duanya digambarkan duduk di bagian belakang kereta. Kemudian, atap perahu yang segitiga juga ditampilkan bundar.
(klik untuk memperbesar)
Topeng Babakan merupakan sebuah tarian yang berasal dari kawasan Cirebon. Hardouin cukup bisa menampilkan karakter khas jalur pantai utara Jawa yang muncul di tarian ini: muncul di kalangan rakyat kecil. Ini terlihat dari jenis pakaian yang dikenakan para pria, yang bukan merupakan baju perlente atau ningrat; serta kostum penari perempuan yang diramaikan oleh gantungan dari kain-kain aneka corak, musik pengiring yang sederhana, dan tentunya pertunjukannya yang di tempat ramai terbuka, bukan di gedung atau keraton.
(klik untuk memperbesar | @ Indies Gallery)
AI mendapat kesulitan untuk menampilkan tarian ini dengan benar, sehingga perlu suntingan lebih lanjut. Secara umum, subjek lukisan bisa digambarkan dengan lumayan bagus. Tetapi, dalam tarian ini, pose tangan penari, lelaki yang ikut menari, serta pemukul gendang, bukan postur tangan yang biasa terlihat sehari-hari, sehingga AI sejatinya gagal menggambarkannya. Kemudian, AI tidak melihat bahwa hidung bundar di penari lelaki merupakan bagian dari sebuah topeng, bukan benjolan daging abnormal di kepala.
(klik untuk memperbesar)

Tahun terbit: 1855
Tempat terbit: Paris
Tokoh:
Deskripsi:
Juru foto/gambar: Ernest Alfred Hardouin
Sumber / Hak cipta: Indies Gallery
Catatan:

Kamis, 30 Oktober 2025

Wakil PM Belanda, Josef van Schaik, di Indonesia, 1949

Josef van Schaik (kanan) datang di gedung yang kelak menjadi Istana Merdeka, disambut oleh Perwakilan Tinggi Tahta Belanda, H.V.K. Lamping (kiri)
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Josef van Schaik disambut oleh para tamu lain yang berdatangan ke Istana Gubernur Jenderal Hindia-Belanda
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Josef van Schaik (tengah) berbincang dengan Nyonya Lovink (kanan), istri dari Tony Lovink yang merupakan perwakilan terakhir Kerajaan Belanda di Indonesia
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Acara yang sama dari sudut foto yang berbeda
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)

Waktu: 30 November 1949
Tempat: Istana Merdeka (Jakarta)
Tokoh: Josephus Robertus Hendricus van Schaik (Wakil Perdana Menteri Belanda)
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Rabu, 29 Oktober 2025

Tayang ulang lukisan-lukisan karya Ernest Alfred Hardouin tentang aneka penampilan manusia di Jawa di abad ke-19 (4)

Ernest Alfred Hardouin aalah seorang pelukis yang lahir di Versailles, Perancis, pada tanggal 23 Januari 1820. Garis nasib membawanya ke Nusantara, di mana dia banyak mengabadikan wajah-wajah manusia di Jawa dalam bentuk lukisan. Hardouin wafat dalam usia relatif muda, yaitu 33 tahun, di kota tempat dia banyak mengeluarkan karyanya, yaitu di Jakarta pada tanggal 21 September 1953.

Blog ini pernah menampilkan rangkaian lukisan karya Hardouin ini, a.l. yang dimulai di posting ini. Warisan Hardouin ini turut berjasa untuk memperlihatkan bagaimana keadaan dan penampilan nenek moyang kita di sekitar 200 tahun lalu. Kali ini kita mencoba menayang ulang beberapa gambar yang sejatinya sudah pernah muncul, tetapi sekarang dari sumber lain dan dalam ukuran yang lebih besar. Kali ini kita coba juga untuk meminta bantuan AI untuk mereka-reka bagaimana penampilan sesungguhnya dari orang-orang yang digambar oleh Hardouin. Tentu saja, keluaran AI ini hanya merupakan pendekatan, bukan aslinya. Bahkan di beberapa detail, AI, karena keterbatasan di data latihannya harus menyerah dan menampilkan hal yang berbeda, atau malah mengambil kebebasan untuk menggambar menurut kemauan dia sendiri.


Ini adalah gambaran yang disajikan Hardouin tentang seorang perempuan Jawa. Dia berdiri di dekat sebuah lapangan yang tampaknya merupakan bagian dari area kantor kepala desa yang tampak di latar belakang. Lapangannya sendiri digunakan seorang gembala untuk melepas kerbau agar merumput. Si perempuan sendiri mengenakan baju kurung panjang berwarna hitam, yang mengindikasikan kemungkinan ini wilayah Priangan, serta kain batik panjang, dan selendang di atas pundak yang juga terbuat dari kain batik.
(klik untuk memperbesar | @ Indies Gallery)
Rekaan AI jitu membuat tampilan realistis dari gambar di atas
(klik untuk memperbesar)
Gambaran Hardouin tentang seorang pengantin Betawi yang meski tinggal di perkampungan tetap mengenakan pakaian megah di hari pernikahannya. Dia mengenakan semacam baju kurung merah dengan ornamen keemasan, dengan kain ungu di bagian bawahnya, serta selendang biru muda di pundaknya. Kepalanya dihiasi dengan susuk bermotif bunga keemasan, sementara pundaknya digantungi banyak kalung. Yang tampkanya menjadi tradisi khas: Sang pengantin memegang banyak kunci yang tampknya memiliki makna tersendiri.
(klik untuk memperbesar | @ Indies Gallery)
Rekaan AI cukup menyajikan gambar di atas dengan cukup mendetail, termasuk ke model tikar, ubin, hingga ke wanita tua yang menengok ke arah kamera.
(klik untuk memperbesar)

Tahun terbit: 1855
Tempat terbit: Paris
Tokoh:
Deskripsi:
Juru foto/gambar: Ernest Alfred Hardouin
Sumber / Hak cipta: Indies Gallery
Catatan:

Selasa, 28 Oktober 2025

Politisi Belanda, Lambertus Neher, di Indonesia, 1947/1948

Lambertus Neher adalah seorang politisi Belanda dari Partai Buruh. Ketika Belanda diduduki Jerman, Neher merupakan salah satu tokoh kunci dari barisan warga Belanda yang melawan Jerman. Setelah Jerman kalah perang, Neher ditunjuk menjadi pucuk pimpinan dari bidang yang memang dia kuasai, komunikasi: yaitu pos, telepon, dan telegraf. Ketika Perang Kemerdekaan bergolak di Hindia-Belanda, Neher merupakan salah satu politisi yang ditunjuk untuk mencari jalan keluar.


November 1947, kemungkinan di kapal USS Renville di perairan Tanjung Priuk: Acara makan menjelang perundingan Renville yang a.l. dihadiri d.ki.k.ka Lambertus Neher, Jan Jonkman, Frank Graham, dan Willem Drees
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Jakarta, 1 Januari 1948: Neher (kanan) berbincang dengan dua orang tokoh Belanda lain dalam acara resepsi tahun baru yang diadakan oleh Letnan Gubernur Jenderal Van Mook
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Jakarta, 1 Januari 1948: Neher (kiri) berbincang dengan dua orang tokoh Belanda, salah satunya berseragam angkatan laut, dalam acara resepsi yang sama yang disebut di atas
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
November 1948, kemungkinan di Jakarta: Lambertus Neher berdiskusi dengan Hussein Jayadiningrat
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)

Waktu: 1947, 1948
Tempat: Jakarta
Tokoh: Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Senin, 27 Oktober 2025

Tayang ulang lukisan-lukisan karya Ernest Alfred Hardouin tentang aneka penampilan manusia di Jawa di abad ke-19 (3)

Ernest Alfred Hardouin aalah seorang pelukis yang lahir di Versailles, Perancis, pada tanggal 23 Januari 1820. Garis nasib membawanya ke Nusantara, di mana dia banyak mengabadikan wajah-wajah manusia di Jawa dalam bentuk lukisan. Hardouin wafat dalam usia relatif muda, yaitu 33 tahun, di kota tempat dia banyak mengeluarkan karyanya, yaitu di Jakarta pada tanggal 21 September 1953.

Blog ini pernah menampilkan rangkaian lukisan karya Hardouin ini, a.l. yang dimulai di posting ini. Warisan Hardouin ini turut berjasa untuk memperlihatkan bagaimana keadaan dan penampilan nenek moyang kita di sekitar 200 tahun lalu. Kali ini kita mencoba menayang ulang beberapa gambar yang sejatinya sudah pernah muncul, tetapi sekarang dari sumber lain dan dalam ukuran yang lebih besar. Kali ini kita coba juga untuk meminta bantuan AI untuk mereka-reka bagaimana penampilan sesungguhnya dari orang-orang yang digambar oleh Hardouin. Tentu saja, keluaran AI ini hanya merupakan pendekatan, bukan aslinya. Bahkan di beberapa detail, AI, karena keterbatasan di data latihannya harus menyerah dan menampilkan hal yang berbeda, atau malah mengambil kebebasan untuk menggambar menurut kemauan dia sendiri.


Ini adalah gambaran seorang bujang di sebuah rumah yang sangat mewah, terlihat dari ukuran tiang yang besar serta halaman yang luas, kemudian juga dari rumah tetangga yang tampak lumayan megah. Pakaian bujang ini tampak berlapis: selain kemeja putih, dia juga mengenakan semacam luaran berwarna ungu, disesuaikan dengan warna penutup kepalanya. Celana panjangnya, yang bermodel Obelix, juga ditutupi dengan kain batik sepaha, dan dikencangkan dengan kain berwarna keemasan dan hitam. Meski pakaiannya berlapis, bujang ini tetap tanpa alas kaki.
(klik untuk memperbesar | @ Indies Gallery)
Rekaan AI ini cukup jitu menangkap apa yang disajikan oleh lukisan. Tapi si model AI tetap belum terlatih dengan jenis celana stirrup, sehingga dia menggambarkannya seperti celana biasa.
(klik untuk memperbesar)
Ini adalah gambaran tentang kesatuan keamanan bentukan Belanda bernama Jayeng Sekar. Anggotanya direkrut dari keturunan ningrat dari jajaran penguasa lokal. Mereka mendapat seragam seperti orang Eropa, termasuk sepatu dan pedang, seperti yang ditampilkan di lukisan di atas.
(klik untuk memperbesar | @ Indies Gallery)
AI mereka lukisan di atas dengan banyak kebebasan. Subjek utama di lukisan ditampilkan dengan cukup meyakinkan; latar belakangnya tetapi bervariasi. Dari empat prajurit Jayeng Sekar, hanya dua yang ditampilkan; sementara formasi batu di tepi kawanan berkuda diterjemahkan sebagai sebuah gunung.
(klik untuk memperbesar)

Tahun terbit: 1855
Tempat terbit: Paris
Tokoh:
Deskripsi:
Juru foto/gambar: Ernest Alfred Hardouin
Sumber / Hak cipta: Indies Gallery
Catatan:

Minggu, 26 Oktober 2025

PM Belanda, Louis Joseph Maria Beel, di Indonesia 1947/1948 (2)

Kemungkinan di Kemayoran, 1947: Jan Jonkman (kiri) bersama Louis Beel (tengah) dan Van Mook (kanan berkacamata)
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Kemungkinan di gedung yang kelak menjadi Istana Merdeka, 1948: Politisi Belanda, Lambertus Neher (kanan), dengan didampingi Louis Beel (berjas putih), menyalami perwakilan warga Sulawesi Selatan yang berpakain seperti warga Arab
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
November 1947, kemungkinan di kapal USS Renville di perairan Tanjung Priuk: Kapten kapal USS Renville, William W. Ball (kanan) menjamu Willem Drees (kanan) dan Louis Beel (tengah) menjelang persiapan perundingan Renville.
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)

Waktu: 1947, 1948
Tempat: Jakarta
Tokoh: Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Sabtu, 25 Oktober 2025

Tayang ulang lukisan-lukisan karya Ernest Alfred Hardouin tentang aneka penampilan manusia di Jawa di abad ke-19 (2)

Ernest Alfred Hardouin aalah seorang pelukis yang lahir di Versailles, Perancis, pada tanggal 23 Januari 1820. Garis nasib membawanya ke Nusantara, di mana dia banyak mengabadikan wajah-wajah manusia di Jawa dalam bentuk lukisan. Hardouin wafat dalam usia relatif muda, yaitu 33 tahun, di kota tempat dia banyak mengeluarkan karyanya, yaitu di Jakarta pada tanggal 21 September 1953.

Blog ini pernah menampilkan rangkaian lukisan karya Hardouin ini, a.l. yang dimulai di posting ini. Warisan Hardouin ini turut berjasa untuk memperlihatkan bagaimana keadaan dan penampilan nenek moyang kita di sekitar 200 tahun lalu. Kali ini kita mencoba menayang ulang beberapa gambar yang sejatinya sudah pernah muncul, tetapi sekarang dari sumber lain dan dalam ukuran yang lebih besar. Kali ini kita coba juga untuk meminta bantuan AI untuk mereka-reka bagaimana penampilan sesungguhnya dari orang-orang yang digambar oleh Hardouin. Tentu saja, keluaran AI ini hanya merupakan pendekatan, bukan aslinya. Bahkan di beberapa detail, AI, karena keterbatasan di data latihannya harus menyerah dan menampilkan hal yang berbeda, atau malah mengambil kebebasan untuk menggambar menurut kemauan dia sendiri.


Seorang pendeta Tionghoa di sebuah kelenteng di Jakarta. Berdasarkan gambar di atas pendeta ini , kemungkinan seorang perempuan dan penganut Taoisme. Dia memakai jubah abu-abu dengan mantel merah-hitam yang berisi berbagai ornamen. Tangannya memegang sebuah lonceng perangkat ritual keagamaan.
(klik untuk memperbesar | @ Indies Gallery)
Rekaan AI ini lumayan menyajikan komposisi yang disajikan oleh karya Hardouin
(klik untuk memperbesar)
Seorang bupati di Jawa yang diiringi seorang punakawan. Bupati ini mengenakan blangkon batik, pakaian kebesaran dengan banyak ornamen keemasan, keris yang dipasang di pinggang belakang, kain batik yang berurai hingga ke bawah lutut, serta celana yang panjang hingga ke bawah sepatu. Sang punakawan yang berbadan kerdil membawa payung kehormatan dari kertas, mengenakan blangkon, baju kebesaran, serta sarung selutut, tanpa alas kaki.
(klik untuk memperbesar | @ Indies Gallery)
Rekaan AI ini cukup menyajikan gambaran yang realistis, kecuali celana dan sepatu bupati yang ditampilkan seperti zaman sekarang, dan bukan model stirrup pants yang menutupi sebagian sepatu.
(klik untuk memperbesar)
  
Tahun terbit: 1855
Tempat terbit: Paris
Tokoh:
Deskripsi:
Juru foto/gambar: Ernest Alfred Hardouin
Sumber / Hak cipta: Indies Gallery
Catatan:

Jumat, 24 Oktober 2025

PM Belanda, Louis Joseph Maria Beel, di Indonesia 1947/1948 (1)

Jakarta, 1948: Louis Beel (kanan) berbicara dengan perwakilan warga bagian timur Nusantara di sebuah acara di gedung yang kelak menjadi Istana Merdeka. Kedua dari kiri berkumis kemungkinan adalah Don J. Thomas Ximenes da Silva dari Sikka (Flores), sementara di sebelah kirinya, berkacamata dan berjas terang, adalah Cokorda Gde Raka Sukawati dari Bali.
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Jakarta, November 1948: Louis Beel (kiri) berbicara dengan Wakil PM Belanda, Willem Drees (kanan) menjelang penyelenggaraan perundingan Renville
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Kemayoran, 7 Mei 1947: Menteri Penerangan Mohammad Natsir (kiri), menyambut kedatangan Menteri Urusan Jajahan Belanda, Jan Jonkman (membelakangi), dengan disaksikan oleh Van Mook (bertopi) dan Louis Beel (kanan)
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)

Waktu: 1947, 1948
Tempat: Jakarta
Tokoh:Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Kamis, 23 Oktober 2025

Tayang ulang lukisan-lukisan karya Ernest Alfred Hardouin tentang aneka penampilan manusia di Jawa di abad ke-19 (1)

Ernest Alfred Hardouin aalah seorang pelukis yang lahir di Versailles, Perancis, pada tanggal 23 Januari 1820. Garis nasib membawanya ke Nusantara, di mana dia banyak mengabadikan wajah-wajah manusia di Jawa dalam bentuk lukisan. Hardouin wafat dalam usia relatif muda, yaitu 33 tahun, di kota tempat dia banyak mengeluarkan karyanya, yaitu di Jakarta pada tanggal 21 September 1953.

Blog ini pernah menampilkan rangkaian lukisan karya Hardouin ini, a.l. yang dimulai di posting ini. Warisan Hardouin ini turut berjasa untuk memperlihatkan bagaimana keadaan dan penampilan nenek moyang kita di sekitar 200 tahun lalu. Kali ini kita mencoba menayang ulang beberapa gambar yang sejatinya sudah pernah muncul, tetapi sekarang dari sumber lain dan dalam ukuran yang lebih besar. Kali ini kita coba juga untuk meminta bantuan AI untuk mereka-reka bagaimana penampilan sesungguhnya dari orang-orang yang digambar oleh Hardouin. Tentu saja, keluaran AI ini hanya merupakan pendekatan, bukan aslinya. Bahkan di beberapa detail, AI, karena keterbatasan di data latihannya harus menyerah dan menampilkan hal yang berbeda, atau malah mengambil kebebasan untuk menggambar menurut kemauan dia sendiri.


Seorang pemuka warga Priangan dalam pakaian berburu. Pakaian ini terdiri dari topi caping pipih di atas blangkon, kemudian naju kebesaran berkerah tinggi dengan banyak ornamen keemasan, serta kain batik yang dikencangkan dengan kain bebat di pinggang. Dia juga memakai semacam pelindung betis dan kaki berwarna merah-kuning, tapi tanpa alas kaki. Kudanya kemungkinan besar yang sedang dipegang pawangnya di sebelah kiri.
(klik untuk memperbesar | @ Indies Gallery)
Rekaan AI yang cukup mendekati komposisi aslinya, meski alas kakinya memiliki variasi.
(klik untuk memperbesar)
Seorang kuli, kemungkinan di sebuah gudang barang di kawasan pecinan, berdasarkan model bangunan yang berada di latar belakang. Kuli ini duduk di atas sebuah kotak kayu, sementara seorang rekannya tampak berbincang dengan seorang yang berbaju lebih perlente yang mengindikasikan posisi sosial yang lebih tinggi.
(klik untuk memperbesar | @ Indies Gallery)
Rekaan AI ini secara keseluruhan bisa menangkap apa yang ditampilkan Hardouin di lukisannya. Hanya saja AI membaca "FH" bukan "EH" di kotak yang diduduki sang kuli, dan mengubah font-nya. Kemudian AI juga menempatkan kaki si kuli menapak di tanah, bukan menggantung, serta mengubah postur tangan kirinya. AI juga menambah genteng di bangunan di sebelah kiri belakang yang sejatinya tidak ada di lukisan.
(klik untuk memperbesar)

Tahun terbit: sekitar 1855 
Tempat terbit: Paris 
Tokoh:
Deskripsi:
Juru foto/gambar: Ernest Alfred Hardouin
Sumber / Hak cipta: Indies Gallery
Catatan: